Jarak Satu Mili Dan Sepersekian Detik

Kita berdua sama halnya seperti cahaya, terang bersama..padam bersama..
Tak terelakkan bahwa jarak memang memangsa setiap kemesraan kita, namun kita pun tak terelakkan kebersamaannya karena kita ada di dalam waktu.

Aku menikmati setiap detikku bersamamu, walau terkadang jenuh mengganggu.
Tapi lalu kamu tersenyum, dan dengan seketika kamu jadi obat jenuhku.

Namun jenuh ini berbeda. Rasanya tak sama. Ini jenis yang tak biasa..
Senyum manis dan pelukan hangatmu yang kau kirim jauh dari sana tak kuasa menekuklututkan dingin egoku yang sepekan ini terus menerus ku biarkan mengalir pada nadimu.

Aku mati tanpamu, sungguh. Namun runitinas yang kamu lakukan sudah menjadi hal biasa dan tak mampu merobohkan menara kebanggaanku lagi. Aku mungkin tak bisa jatuh cinta padamu.

....
...
..
.

Lalu kamu jadi jauh lebih manis dari kamu kemarin.
Manis, kuat, indah, dan berani secara bersamaan.
Dan kamu berhasil menerobos masuk menaraku tanpa merobohkannya.
Kamu menemukanku, yang dengan takluk menunduk malu dan tersipu oleh caramu membuatku jatuh cinta.
Ya, aku jatuh cinta lagi.
Denganmu..
Karenamu..

..
.

Ah, aku tau, jenuh kemarin hanya ulasan skeptis dari rindu.
Rindu pada manismu..
Rindu akan kuatmu..
Rindu kamu.

Aku rindu kebersamaan kita dalam jarak satu mili.
Aku rindu kamu temani dalam tiap sepersekian detik.
Jangan pergi dulu, aku mau mau di sini.
Aku mau kamu, please, just for one day straight.